Wednesday, April 8, 2015

Al-Quran sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan



Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Al-Qur’an dan IPTEK
Dosen Pengampu: Lutfiyah, M.Si



Disusun Oleh:
Rizal Ali Musthofa                 (123111037)
Fazka Khoirur Rijal                 (123111072)
Fajar Hadi P.                          (123111069)
Muhamad Murodhi                 (123111107)
Muhammad Abdul Wahid      (123111108)
Direvisi Oleh:
Baihaqi An Nizar                    (133111013)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) WALISONGO
SEMARANG
2014

I.            PENDAHULUAN
Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat seiring perkembangan zaman. Perkembangan ini membawa berbagai dampak bagi kehidupan manusia. Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin, sangat memperhatikan pentingnya IPTEK serta upaya untuk terus mengembangkannya.
Ini terbukti Al-Qur’an dan Hadits sebagai dasar ajaran Islam, tidak hanya mengatur urusan masalah ubudiyah saja, tetapi juga memuat ayat-ayat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).  Banyak ayat-ayat Al-Qur’an maupun Hadits yang memberikan isyarat tentang ilmu pengetahuan seperti ilmu biologi, sejarah, astronomi, dan masih banyak lagi.
Akan tetapi masih banyak dari kita yang belum mengetahui akan hal tersebut. Padahal jika isyarat-isyarat IPTEK dapat kita suguhkan kepada umat manusia di era sains dan teknologi seperti sekarang ini, bisa menjadi salah satu unsur pengukuh keimanan bagi umat muslim dan menjadi sarana paling efektif dalam menggaet massa untuk memeluk agama Allah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Merujuk pada persoalan di atas, pemakalah tertarik untuk mengkaji persoalan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi serta korelasinya dengan Al-Qur’an dan sunah. Maka dalam makalah ini akan membahas tentang hubungan antara Al-Qur’an, sunnah dengan IPTEK.
II.         RUMUSAN MASALAH
A.    Bagaimana pandangan Al-Qur’an dan Sunah terhadap ilmu pengetahuan?
B.     Bagaimana hubungan antara Al-Qur’an dengan IPTEK?
C.     Bagaimana hubungan antara Hadits dengan IPTEK?
III.      PEMBAHASAN
A.    Al-Qur’an, Sunah, dan Ilmu Pengetahuan
Al-Qur’anul karim ialah mu’jizat Islam yang kekal dan mu’jizatnya selalu diperkuat dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Ia diturnkan oleh Allah swt kepada Rasulullah Muhammad s.a.w. untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju jalan yang terang, serta membimbing mereka ke jalan yang lurus. [1]
Sejak awal kelahiran, Islam sudah memberikan penghargaan yang begitu besar terhadap ilmu pengetahuan. Bila kita memperhatikan ayat Al-Qur’an yang pertama kali turun kepada Rasulullah SAW. yaitu QS. Al-‘Alaq ayat 1 sampai 5, kita diingatkan bahwa sejak semula Islam membawa semangat keilmuan. Ayat di atas memerintahkan manusia agar gemar membaca, menulis, serta gemar melakukan penelitian.[2]
Membaca bukan saja dalam arti sempit harfiah yaitu membaca yang tergores dalam kertas atau tulisan, melainkan juga membaca goresan Yang Maha Mencipta yaitu alam semesta. Ayat kedua dan ketiga menekankan agar manusia menyadari tentang kejadiannya sehingga dalam diri manusia terbebas rasa sombong, angkuh, sebaliknya tertanam sifat kebersamaan antar sesama manusia. Karena yang mulia hakekatnya hanyalah Allah SWT. Dan yang terpenting ialah perintah membaca, menulis, melakukan observasi atau penelitian dengan dilandasi iman dan akhlak mulia.[3]
Wahyu yang pertama diturunkan berisi perintah yang begitu jelas dan tegas agar Nabi “Membaca” dan diteruskan dengan perintah belajar melalui qalam. Padahal beliau hidup dalam lingkungan yang tidak terbiasa untuk belajar dan mengajar. Demikianlah keistimewaan Al-Qur’an memandang prospektif masa depan dengan perintah membaca dan mengadakan penelitian untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Bahkan Rasulullah SAW dalam banyak Haditsnya sangat menganjurkan agar umat Islam senantiasa menkaji ilmu pengetahuan. Seperti dalam pernyataan beliau,”Mencari ilmu itu wajib bagi setiap Muslim”; “Carilah ilmu sejak dalam buaian sampai ke liang lahat” ; “Carilah Ilmu walau sampai ke negeri Cina!”; “Ilmu pengetahuan itu milik orang mukmin yang hilang, dimana saja ia mendapatkannya, maka ia lebih berhak memilikinya daripada yang lain.”
Pada masa selanjutnya (Sahabat dan Tabi’in) perintah Al-Qur’an dan anjuran-anjuran Rasul tersebut menjadi sebuah etos keilmuan yang pada gilirannya menimbulkan perkembangan ilmu dalam berbagai cabangnya. Berkembangnya berbagai ilmu itulah yang kemudian menjadi pendorong perubahan dan perkembangan masyarakat. Dengan demikian ilmu telah menjadi salah satu unsur kebudayaan bahkan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam masyarakat Muslim di masa lampau.[4]
Hal di atas menunjukkan bahwa betapa ajaran Islam sudah memperhatikan tentang pentingnya IPTEK dan menyuruh kepada kaum muslimin untuk berusaha mengembangkannya. Tentunya perkembangan IPTEK juga harus diimbangi dengan Iman dan Taqwa. Karena IPTEK yang tidak diiringi dengan Imtak, hanya akan menyebabkan kerusakan.
!$yJx. $uZù=yör& öNà6Ïù Zwqßu öNà6ZÏiB (#qè=÷Gtƒ öNä3øn=tæ $oYÏG»tƒ#uä öNà6ŠÏj.tãƒur ãNà6ßJÏk=yèãƒur |=»tGÅ3ø9$# spyJò6Ïtø:$#ur Nä3ßJÏk=yèãƒur $¨B öNs9 (#qçRqä3s? tbqßJn=÷ès? ÇÊÎÊÈ  
“Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” (QS. Dalam al Qur’an)
Menurut pemikiran modern, ternyata Al-Qur’an bukan hanya menyeru agama, namun juga menyeru manusia agar mengadakan studi terhadap berbagai bidang ilmu pengetahuan. Ayat-ayat yang menerangkan tentang prinsip-prinsip keilmuan sebanyak 750 ayat, dan ini meliputi berbagai cabang ilmu. Cabang ilmu falak (astronomi) terdapat dalam QS. Yasin: 38-40; kejadian alam QS. Al-Anbiya’: 30, cabang geografi QS al- Hijr: 22. Cabang ilmu Botani QS. Al-An’am: 99; ilmu kimia QS. Al-Nahl: 66 dan masih banyak lagi yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.[5] Hal ini selaras dengan ayat Al-Qur’an berikut :
Islam sebagai agama yang memiliki banyak ilmu pengetahuan, bukan saja cinta terhadap ilmu, tapi juga menyuruh umatnya untuk menuntut, memburu ilmu pengetahuan di mana saja ia berada dan mengembangkannya demi kemaslahatan umat manusia. Dan dalam Q.S. Al-Mujadalah: 11 Allah menjanjikan bahwa ia akan meninggikan orang-orang beriman diantaramu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat.
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Telah aku tinggalkan untuk kalian, dua perkara yang kalian tidak akan sesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya; Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya."
Sunah juga mengandung informasi tentang kejadian-kejadian masa lalu, tentang awal penciptaan, tentang rasul-rasul dan berbagai peristiwa yang berkaitan dengaan masa depan. Sunah merupakan sumber ilmu pengetahuan keagamaan, kemanusiaan, dan sosial yang dibutuhkan umat manusia untuk meluruskan jalan mereka, membetulkan kesalahan mereka ataupun melengkapi pengetahuan eksperimental mereka.
Sedikit mengutip pernyataan Dr. Zaghlul An-najjar beliau mengatakan Al-Qur’an dan sunah Nabi SAW. Ialah sama-sama memberikan perhatian mendasar pada pilar-pilar agama yang terdiri dari aqidah, ibadah, akhlak dan Mu’amalah. Setiap tiang-tiang tersebut apabila dipelajari secara objektif maka akan tampak bagi setiap yang memiliki nalar kognitif bahwa Al-Qur’an dan sunah sama-sama mu’jizat dalam hal retorika dan komposisinya, mu’jizat dalam hal perundang-undangan dan keilmiahannya. Dan juga mu’jizat dalam hal kedetailan aqidah yang diserukannya, ibadah yang diperintahkannya, akhlak yang ditegaskan kemuliaanya, dan muamalah yang telah dirumuskan aturan mainnya  dengan landasan keadilan dan toleransi.[6]
Jadi tepatlah jika kita mengatakan bahwa Al-Qur’an dan Sunah merupakan sumber ilmu pengetahuan. Karena di dalamnya terdapat ilmu pengetahuan yang lengkap.
B.     Hubungan Al-Qur’an dan IPTEK beserta buktinya
Sering kali diperdebatkan apakah IPTEK itu bebas nilai atau tidak. Mereka yang menganggap IPTEK itu bebas nilai tentu akan melakukan aktivitasnya yang terkait dengan IPTEK tanpa mengindahkan tata nilai termasuk nilai- nilai agama (kecuali nilai- nilai ilmu pengetahuan itu sendiri, seperti kebenaran, objektifitas).
Sebaliknya bagi mereka yang berpaham bahwa IPTEK itu tidak bebas nilai akan melakukan aktivitasnya yang berkaitan dengan IPTEK selalu mendasarkan pada nila- nilai yang diyakininya. Artinya mereka akan lebih selektif dalam segala aktifitasya dan penerapan ilmu-ilmu itu akan tercermin dalam perilakunya termasuk dalam penerapan IPTEK. Bagi kelompok yang disebut terakhir ini akan menolak prinsip “science for the sake of science”.[7]
Al-Qur’an merupakan mujizat yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk digunakan sebagai petunjuk bagi umat manusia hingga akhir zaman. Sebagai petunjuk dari Allah tentulah isi dari Al-Quran tidak akan menyimpang dari Sunatullah (hukum alam) sebab alam merupakan hasil perbuatan Allah sedangkan Al-Qur’an adalah merupakan hasil perkataan Allah. Karena Allah bersifat Maha segala-galanya maka tidaklah mungkin perkataan Allah tidak sejalan dengan perbuatan-Nya (Sunatullah).
Al-Qur’an tidak hanya memperlihatkan keistimewaanya pada segi bahasa dan pemberitaanya saja, akan tetapi Al-Qur’an juga memperlihatkan keistimewaannya melalui ilustrasi-ilustrasi ajaranya yang memberi isyarat ke arah pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan saat ini, I’jaz yang banyak dibicarakan, bahkan menjadi diskursus yang hangat  ialah mu’jizat ilmiah dalam Al-Qur’an. Seseorang yang mempelajari ilmu-ilmu dalam Al-Qur’an tidak akan ragu menyatakan bahwa di dalam Al-Qur’an terdapat isyarat-isyarat ilmiah bahkan fakta-fakta ilmiah yang bersifat I’jaz. Di antara bukti-bukti Al-Qur’an yang mendahului ilmu pengetahuan modern ialah air yang merupakan asal kehidupan.[8] Allah berfirman :
“… Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu hidup ….” (Al-Anbiya’ : 30)
“ Dan Allah menjadikan semua hewan dari air ….” (An-nur : 45)
Al-Qur’an juga menerangkan tentang fase-fase pertumbuhan janin sejak dari air mani lalu menjadi segumpal darah kemudian menjadi segumpal daging , sampai daging itu di jadikan tulang dan tulang itu dibungkus daging. Kemudian Allah menciptakan satu makhluk baru. Ini merupakan deskripsi detail yang sekarang dapat dibuktikan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran modern. Hal ini termaktub dalam Q.S. Al-Mu’min : 12-14.
Termasuk bukti lain ialah apabila pada suatu malam yang cerah kita memandang ke langit maka akan tampaklah oleh kita bintang-bintang yang sangat banyak jumlahnya. Pada zaman dahulu orang memandang bintang-bintang itu hanyalah sebagai sesuatu yang sangat kecil dan bercahaya yang bertaburan di angkasa.
Namun setelah ditemukannya teleskop dan ilmu pengetahuan serta teknologi juga semakin berkembang, orang akhirnya dapat mengetahui bahwa bintang-bintang merupakan bagian dari suatu gugusan yang dinamakan galaksi yang di alam ini jumlahnya lebih dari 100 milyar. Sedangkan masing-masing bintang ini terdiri dari planet-planet yang masing-masing peredarannya diatur sedemikian rupa sehingga tidak saling bertabrakan satu sama lain.
Padahal hal demikian sudah difirmankan dalam Al-Qur’an:
Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar dalam garis edarnya” (QS. Al-Anbiya’ ayat 33).
Sehingga akhirnya orang berdasar ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimilikinya mengakui bahwa alam semesta ini maha luas. Sebenarnya Allah telah menegaskan hal ini di dalam Al Quran yang diturunkan jauh sebelum ditemukannya teleskop yaitu:
Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya” (QS. Adz Dzaariyaat ayat 47)
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar ….” (Fushilat : 53)
C.    Hubungan Hadits dengan IPTEK serta pembuktiannya
Hadist atau sunnah adalah perkataan, perbuatan dan pengakuan atau ketetapan yang disandarkan kepada Rasullah SAW. Sedangkan menurut Al-Qur’an, suunah berarti syari’at, hukum atau peraturan, dan pengertian sunnah menurut Hadits adalah kebiasaan, tradisi, jalan hidup, cara-cara dan kebiasaan.[9]
Dan fungsi Sunnah sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan di antaranya ialah Sebagai pengukuh terhadap ayat-ayat Al-Qur’an, Sebagai penjelasan terhadap maksud ayat-ayat Al-Qur’an, dan menetapkan hukum yang tidak disebutkan dalam Al-Qur’an.[10] Sunnah juga merupakan sumber ilmu pengetahuan keagamaan, kemanusiaan, dan sosial yang dibutuhkan umat manusia untuk meluruskan jalan mereka, membetulkan kesalahan mereka ataupun melengkapi pengetahuan eksperimental mereka.
Seperti Al-Qur’an, sunnah juga mengandung informasi tentang beberapa hakikat yang berkaitan dengan masalah-masalah ghaib. Sunnah juga memuat informasi tentang kejadian-kejadian masa lalu, tentang awal penciptaan, tentang rasul-rasul dan nabi-nabi yang tidak mampu diliput oleh historiografi konvensional dan perangkatnya. Informasi- informasi sejarah masa lalu tersebut tidak diketahui kecuali dengan melalui wahyu. Sunnah juga mengandung informasi- informasi tentang berbagai peristiwa yang berkaitan dengaan masa depan.[11]
Contoh-contoh bukti sunnah sebagai sumber ilmu pengetahuan ialah seperti bintang–bintang di langit. Nabi bersabda:
النُّجُوْمُ أَمَنَةٌ لِلسَّمَاءِ فَأِذَا ذَهَبَتِ النُّجُوْمُ أَتَى السَّمَاءَ مَا تُوْعَدُوْنَ وَ أَنَا أَمَنَةٌ لِأَصْحَابِى فَأِذَا ذَهَبْتُ أَتَى أَصْحَابِى مَا يُوْعَدُوْنَ وَأَصْحَابِى أَمَنَةٌ لِأُمَّتِى فَأِذَا ذَهَبَ أَصْحَابِى أَتَى أُمَّتِى مَا يُوْعَدُوْنَ
“ Bintang-bintang adalah pengaman bagi langit, jika bintang mati, maka datanglah pada langit sesuatu yang mengancamnya. Dan aku adalah pengaman bagi sahabatku, jika aku mati, maka datanglah kepada para sahabat sesuatu  yang mengancam mereka. Sahabatku adalah pengaman umatku, jika mereka mati, maka datanglah kepada umatku sesuatu yang mengancam mereka.”[12]
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim. Dalam Hadits ini hanya mambahas satu larik saja , yaitu sabda Nabi : “bintang-bintang adalah pengaman langit. Jika bintang mati, maka datanglah pada langit sesuatu yang mengancamnya”.
Maksud dari kematian bintang adalah meredup dan memudarnya sinar bintang. Sedang maksud dari “sesuatu yang mengancam langit” adalah tersingkap, terpecah, terbuka, dan perubahan langit menjadi sesuatu yang tidak terurus, ditelantarkan, dan dipenuhi asap dan kabut.
Bintang merupakan benda langit yang tersebar di langit dunia. Bintang berbentuk bulat atau semi bulat, berbentuk bulat, berbentuk gas, menyala-nyala, bersinar dengan sendirinya, dan terikat dengan benda langit lainnya melalui daya gravitasi meskipun berbentuk gas. Bintang menebarkan sinar yang dilihat dan sinar yang tidak dilihat akibat pengaruh gelombang cahaya.[13]
Hadits ini merupakan bukti yang menegaskan kebenaran kenabian, kerasulan, dan perkataan Nabi pada masa ketika orang-orang kafir dan musyrik yang menjadi mayoritas masyarakat kala itu yang berusaha mengingkari kenabiannya. Karena itu, pemanfaatan gebrakan ilmiah Hadits-Hadits Rasullullah dalam dakwah Islam pada era ilmu dan teknologi sekarang ini, dimana jarak antar Negara dan kawasan sudah begitu pendek, dan berbagai ranah peradaban dengan semua aspeknya. Contoh lain ialah Khasiat Zaitun. Nabi bersabda:
كُلُوْا الزَّيْتَ وَادَّهِنُوْا بِهِ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ
“Makanlah zaitun (sebagai lauk bersama roti) dan berminyaklah dengannya, sesungguhnya ia berasal dari pohon yang diberkahi”
Hadis Nabi ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dalam Sunan-nya (Kitab Al-Ath’imah). Dalam hadis ini menjelaskan bahwa buah zaitun dan minyaknya memiliki khasiat dan juga berasal dari pohon yang diberkahi. Zaitun (sebagai buah) dan minyak zaitun telah disebutkan dalam Al-Quran sebanyak tujuh kali. Pohon zaitun sudah dikenal sejak peradaban-peradaban kuno sebagai salah satu tumbuhan minyak terpenting. Riset terbaru membuktikan bahwa kandungan asam lemak minyak zaitun sangat sedikit sekali, bahkan lemak yang dikandungnya bukanlah lemak yang mengenyangkan. Oleh karena itu, minyak ini mengandung nilai kesehatan yang tinggi sekali.
Melalui serangkaian penelitian dan percobaan yang rumit terbukti bahwa mengkonsumsi minyak zaitun dengan teratur memberi andil yang efektif untuk mencegah berbagai macam penyakit. Diantaranya, penyumbatan pembuluh darah coroner (jantung koroner), peningkatan kadar lemak berbahaya dalam darah, tekanan darah tinggi, kencing batu, dan beberapa kanker (seperti kanker perut, kolon, payudara, rahim, dan kulit). Minyak zaitun juga dapat digunakan untuk mencegah pemborokan system pencernaan (ulcer of the stomach).[14] Disamping memiliki manfaat medis, minyak zaitun juga dapat berfungsi sebagai lauk, pemberi cita rasa, dan penambah selera.
IV.      KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat kita ketahui bersama bahwa Sejak awal kelahiran, Islam sudah memberikan penghargaan yang begitu besar terhadap ilmu pengetahuan. Bila kita memperhatikan ayat Al-Qur’an yang pertama kali turun kepada Rasulullah SAW. yaitu QS. Al-‘Alaq ayat 1 sampai 5, kita diingatkan bahwa sejak semula Islam membawa semangat keilmuan. Ayat di atas memerintahkan manusia agar gemar membaca, menulis, serta gemar melakukan penelitian.
Selain itu, ternyata di dalam Al-Qur’an tidak hanya berisikan anjuran-anjuran dan tata cara beribadah saja akan tetapi lebih dari itu, di dalamnya terdapat banyak khasanah keilmuan yang luar biasa. Baik yang bersifat klasik maupun modern.  Seperti ilmu sejarah, astronomi, biologi, fisika, kedokteran dan masih banyak lagi. Al-Qur’an juga menganjurkan kepada umat Islam agar berusaha untuk terus mencari dan mengembangkan Ilmu pengetahuan dan Teknologi.
Seperti Al-Qur’an, sunah juga mengandung informasi-informasi tentang berbagai peristiwa yang berkaitan dengaan masa depan. Sunnah merupakan sumber ilmu pengetahuan keagamaan, kemanusiaan, dan sosial yang dibutuhkan umat manusia untuk meluruskan jalan mereka, membetulkan kesalahan mereka ataupun melengkapi pengetahuan eksperimental mereka.
V.         PENUTUP
Demikianlah makalah yang pemakalah susun. Semoga bermanfaat bagi pembaca dan pemakalah sendiri, serta dapat mempertebal iman dan taqwa kita kepada Allah SWT yang telah memberikan kita akal pikiran sehingga kita dapat mempelajari apa yang telah diciptakan oleh-NYA. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam menyusun/ketika menyampaikan makalah ini. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak tentu kami butuhkan demi memperbaiki makalah kami berikutnya. Terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Malik, M. Alawi, Ilmu Ushul Hadis, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Al-Qardhawy, Yusuf, As-Sunnah Sebagai Sumber IPTEK dan Peradaban, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1998.
An-Najjar, Zaghlul, Pembuktian Sains Dalam Sunnah Buku 1, Jakarta: Amzah, 2006.
An-Najar, Zaghlul, Sains dalam Hadis Mengungkap Fakta Ilmiah dari Kemukjizatan Hadis Nabi, Jakarta: Amzah, 2011.
AS, Mudakir, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Bogor: Pustaka Litera antar Nusa, 2007.
Kamaluddin, Laode M., On Islamic Civilization, Semarang: UNISSULA Press, 2010.
M. Abdurrahman dkk., Metode Kritik Hadits, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.
Qardhawi, Yusuf, Al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Gema Insani 1999.
Syukur, Suparman, Epistemologi Islam Skolastik Pengaruhnya pada Pemikiran Islam Modern, Yogyakartka: Pustaka Pelajar, 2007.




[1] Mudakir AS, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, (Bogor : Pustaka Litera antar Nusa, cet. 10, 2007), hlm. 1
[2] Yusuf Qardhawi, Al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Gema Insani, 1999), hlm. 91.
[3] Laode M. Kamaluddin, On Islamic Civilization, (Semarang: Unissula Press, 2010), hlm. 344.
[4] Suparman Syukur, Epistemologi Islam Skolastik Pengaruhnya pada Pemikiran Islam Modern, (Yogyakartka : Pustaka Pelajar, 2007),  hlm. 197.
[5] Suparman Syukur, Epistemologi Islam Skolastik Pengaruhnya pada Pemikiran Islam Modern, ….  hlm.176-177.
[6] Zaghlul An-Najjar, Pembuktian Sains Dalam Sunnah Buku 1, (Jakarta : Amzah, 2006), hlm. 21.
[7] Laode M. Kamaluddin, On Islamic Civilization, …. Hlm. 327.
[8] Yusuf Qardhawi, Al-Qur’an berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, …. hlm. 321-322.
[9] M. Abdurrahman dkk, Metode Kritik Hadits, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.192.
[10] M. Alawi Al- Malik, Ilmu Ushul Hadis, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009 ), hlm. 3.
[11] Yusuf Al-Qardhawy, As-Sunnah Sebagai Sumber IPTEK dan Peradaban, ( Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 1998 ), hlm. 101-102.
[12] Zaghlul An-Najjar, Pembuktian Sains Dalam Sunnah Buku 1, …. hlm. 2.
[13] Zaghlul An-Najjar, Pembuktian Sains Dalam Sunnah Buku 1, …. hlm. 4.
[14] Zaghlul An-Najar, Sains dalam Hadis Mengungkap Fakta Ilmiah dari Kemukjizatan Hadis Nabi, (Jakarta: Amzah, 2011), hlm. 232.

3 komentar:

sangat membantu mas, menambah ilmu :)

syukron lakum by pontren ushuluddin lampung

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More